
Sementara itu, terdapat versi lain yang diungkapkan Oemar Dachlan (1978), seperti tertuang dalam poster di artikel ini.
Hanya saja, ada pendapat lain pula dari Muhammad Fadli (seorang peminat sejarah lokal), bahwa semua asumsi tersebut tidak mempunyai
literatur yang jelas. Namun yang pasti, sudah sejak lama, sebelum ditetapkannya hari jadi Samarinda berdasarkan hikayat kedatangan Daeng Mangkona, tradisi lisan masyarakat Samarinda menyebutkan asal-usul nama "Samarendah" bukanlah dari "rumah rakit" di seberang Samarinda kota.
Hal ini turut memperlemah riwayat pendirian Samarinda oleh Daeng Mangkona dan rombongan Bugis Wajo, di samping berbagai riwayat dan argumentasi lainnya. Semuanya telah diuraikan dalam buku "Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda".
Sejarah bukanlah doktrin, karena ia bukan ilmu pasti dan ilmu alam yang tunduk pada hukum serta rumus saintis. Sejarah juga bukan dogma, tidak bisa asal copy paste, karena penulisan sejarah (historiografi) bersifat dinamis, seiring penemuan bukti dan referensi baru, atau penyingkapan tabir yang tersembunyi.
Penulis: Muhammad Sarip
Penulis: Muhammad Sarip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar