Bukan 17
Agustus 1945, bukan pula 27 Desember 1949. Wilayah
Kalimantan Timur baru bergabung ke dalam Negara Republik Indonesia secara resmi
pada 10 April 1950.
Sebelumnya,
pada awal 1950 rakyat Kaltim dalam wadah koalisi Front Nasional yang dipimpin
Abdoel Moeis Hassan (bukan Inche Abdoel Moies) menuntut penghapusan
swapraja-swapraja alias empat Kesultanan yang ada di Kaltim serta menuntut agar
Federasi Kaltim bergabung ke RI.
Kala
itu, Federasi Kaltim warisan Van Mook berada dalam kedaulatan Negara Republik
Indonesia Serikat (RIS), bukan RI. Pemerintahan Federasi Kaltim merupakan gabungan
Kesultanan Kutai, Sambaliung, Gunung Tabur, Bulungan, plus neoswapraja Pasir.
Tuntutan
Front Nasional dipenuhi pemerintah lokal dan pusat. Berturut-turut: Februari,
10 Maret, dan 16 Maret; Dewan Kaltim, Federasi Kaltim, dan Residen Kaltim
meminta Pemerintah RIS mewujudkan tuntutan rakyat Kaltim. 19 Maret Pemerintah
RI setuju. 24 Maret Presiden RIS juga setuju.
Penggabungan
Kaltim ke wilayah RI dilakukan dalam upacara serah-terima dari Pemerintah RIS
kepada Pemerintah RI. RIS diwakili Aji Raden Afloes (Plt. Residen Kaltim).
Adapun RI diwakili Dr. Moerdjani (Gubernur Kalimantan). Bertindak sebagai
saksi, Menteri Dalam Negeri Mr. Soesanto Tirtoprodjo.
Penggabungan
Kaltim ke RI tercatat dalam sejarah sebagai daerah pertama di luar Jawa dan
Sumatra usai Konferensi Meja Bundar (KMB) yang menggabungkan diri ke wilayah
RI. Status wilayah kaltim pada awal bergabung ke RI hingga 6,5 tahun kemudian
adalah keresidenan di bawah Provinsi Kalimantan yang beribu kota di
Banjarmasin.
Referensi:
Muhammad
Sarip, Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1200–1999,
halaman 201–202 dan 206–207.
Artikel Lainnya:
Seminar dan Bedah Buku Moeis Hassan Pejuang Kaltim
Moeis Hassan Calon Pahlawan Nasional dari Kaltim
Tragedi 1950 di Lapangan Kinibalu
Sejarah Peringatan Hari Pahlawan Perdana di Samarinda
Peluncuran dan Diskusi Buku Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara
Pua Ado, Kepala Polisi Banjar, dan Pangeran Bendahara di Samarinda Tempo Dulu
Ini Sebabnya Kita Pakai Nama Kalimantan, Bukan Borneo
Menyingkap Fakta Makam Tua di Samarinda
Lihat semua artikel klik SejarahKaltim.com
Seminar dan Bedah Buku Moeis Hassan Pejuang Kaltim
Moeis Hassan Calon Pahlawan Nasional dari Kaltim
Tragedi 1950 di Lapangan Kinibalu
Sejarah Peringatan Hari Pahlawan Perdana di Samarinda
Peluncuran dan Diskusi Buku Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara
Pua Ado, Kepala Polisi Banjar, dan Pangeran Bendahara di Samarinda Tempo Dulu
Ini Sebabnya Kita Pakai Nama Kalimantan, Bukan Borneo
Menyingkap Fakta Makam Tua di Samarinda
Lihat semua artikel klik SejarahKaltim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar