Senin, 28 Mei 2018

Seminar dan Bedah Buku Moeis Hassan Pejuang Kaltim


SEMINAR DAN BEDAH BUKU
MENGUNGKAP PERAN SENTRAL MOEIS HASSAN
DALAM SEJARAH PERJUANGAN DAN REVOLUSI
DI KALIMANTAN TIMUR


Latar Belakang

Kota Samarinda dan wilayah Kalimantan Timur masa kini merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Proses integrasi itu dalam sejarahnya tidaklah berlangsung secara mudah atau dalam alur yang datar. Ada gejolak, konflik, gerakan diplomasi politik, dan gerakan bersenjata di dalamnya setelah Proklamasi Sukarno-Hatta 17 Agustus 1945. Republik Indonesia yang baru berdiri masih lemah, sementara NICA Belanda kembali menduduki Nusantara termasuk Kaltim. Namun, para pemuda dan orang tua masyarakat Samarinda dari kalangan yang pernah bersekolah, sudah mempunyai rasa nasionalisme ke-Indonesia-an yang dipupuk sejak masa pergerakan nasional. Mereka berpendirian untuk mendukung RI daripada menjadi pengabdi imperialis Belanda.
Sikap rakyat Samarinda yang mendukung RI mendapat hambatan, tantangan, dan ancaman dari NICA yang memiliki aparat sipil, kepolisian, dan militer. Kondisi ini terjadi selama empat tahun sejak 1945 hingga 1949. Pada situasi inilah terlihat siapa yang konsisten berada dalam jalur perjuangan pro-RI, siapa yang pasang-surut dalam membela RI, dan siapa yang memang pro-Belanda secara jelas. Perjuangan membela RI sebenarnya tidak mengenakkan karena pemerintahan Belanda lebih memiliki kekuatan (power) untuk menekan dan meneror para pejuang. Hal ini berbeda dengan pihak yang mendukung Belanda terutama pada 1947 mengikuti arahan Letnan Gubernur Jenderal Hubertus Johannes van Mook untuk membentuk Federasi Kalimantan Timur sebagai satuan Negara Kalimantan. Para pejuang harus mengorbankan tenaga, materi, fisik, dan mental sedangkan yang mematuhi perintah Van Mook niscaya berkehidupan tenang, nyaman, dan berpenghasilan dari gaji yang dibayarkan Belanda.
Satu dari pejuang yang bergerak dalam jalur diplomasi politik di Samarinda adalah Abdoel Moeis Hassan. Pemuda yang berusia 21 tahun ketika Kemerdekaan Negara Indonesia diproklamasikan 1945 itu turut serta dalam usaha Panitia Persiapan Penyambutan Kemerdekaan Republik Indonesia (P3KRI). Kemudian, ia berinisiatif mendirikan cabang dari partai lokal Ikatan Nasional Indonesia (INI) di Samarinda. Gerakan politik yang diikutinya konsisten dalam menyokong perjuangan kelompok pemuda yang berkiprah di jalur fisik, sama-sama tegas tidak kooperatif dengan Belanda. Moeis Hassan menolak bekerja sama dengan Pemerintah Belanda. Ia pun dipilih sebagai ketua Front Nasional, sebuah koalisi atau gabungan organisasi politik di Kaltim yang menentang pendudukan Belanda di Kaltim.
Dengan menempati markas perjuangan di Gedung Nasional, Moeis Hassan tampil sebagai agitator, propagandis, dan pejuang yang senantiasa menyuarakan keberpihakan kepada RI dan menentang penjajahan. Murid Aminah Syukur dan Abdoel Moetalib Sangadji sejak masa pergerakan nasional itu menjadi tokoh sentral dan strategis dalam gerakan diplomasi rakyat Samarinda dan Kaltim. Proses integrasi Kaltim dari RIS ke wilayah RI dimulai dengan tuntutan Front Nasional yang diketuai Moeis Hassan. Demikian pula, berdirinya Provinsi Kaltim diawali dengan Kongres Rakyat Kaltim yang digagas Moeis Hassan. Pada masa revolusi Demokrasi Terpimpin, Moeis Hassan juga berperan strategis dalam menjaga keseimbangan situasi politik daerah akibat seruan Dwikora dan gerakan Ganyang Malaysia. Penyelamatan keraton Kutai Kertanegara di Tenggarong dari pembakaran massa yang diperintahkan Pangdam Suharjo merupakan jasa besar Moeis Hassan bagi terpeliharanya warisan sejarah dan budaya Kutai.
Seminar dan Bedah Buku ini merupakan tahapan sosialisasi mengenai jejak perjuangan Moeis Hassan yang akan ditindaklanjuti dengan pengajuan usulan gelar Pahlawan Nasional bagi almarhum.
Perlu diketahui, Pahlawan Nasional menurut UU. No. 20 Tahun 2009 harus memenuhi syarat khusus:(1) pernah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau perjuangan politik atau perjuangan dalam bidang lain untuk mencapai, merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan serta mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa; (2) tidak pernah menyerah pada musuh dalam perjuangan; (3) melakukan pengabdian dan perjuangan yang berlangsung hampir sepanjang hidupnya dan melebihi tugas yang diembannya; (4) pernah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat menunjang pembangunan bangsa dan negara; (5) pernah menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa; (6) memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan yang tinggi; dan/atau (7) melakukan perjuangan yang mempunyai jangkauan luas dan berdampak nasional. Deskripsi naratif dan analitis dalam buku ini mengungkap apakah ketujuh kriteria khusus tersebut telah dipenuhi oleh Moeis Hassan atau tidak.


Tentang Buku
Buku yang akan diseminarkan ini berjudul Moeis Hassan dalam Sejarah Perjuangan dan Revolusi di Kalimantan Timur. Biografi tokoh dalam buku ini bukanlah narasi riwayat hidup yang ditulis berdasarkan pesanan dari keluarga, kerabat atau sahabat dari tokoh yang bersangkutan. Penulisan catatan perjalanan seorang manusia bernama Abdoel Moeis Hassan ini murni inisiatif penulis sebagai wujud kepedulian terhadap sejarah lokal yang minim publikasinya. Terlebih lagi, popularitas Gubernur Kalimantan Timur periode 1962–1966 ini seolah redup dan terlupakan, padahal ia memiliki jasa dan pengabdian yang strategis dan signifikan dalam perjuangan kemerdekaan dan integrasi wilayah Kalimantan Timur dalam NKRI.
Sebagian masyarakat Samarinda dan Kaltim pun menyangka, penghargaan terhadap Moeis Hassan sudah cukup dilakukan dengan menamai sebuah rumah sakit di Samarinda Seberang dengan nama Rumah Sakit Inche Abdoel (I.A.) Moeis. Padahal, I.A. Moeis dan Abdoel Moeis Hassan adalah dua orang yang berbeda. Mereka bukan saudara dan kerabat. Meskipun pernah berkiprah bersama dalam satu organisasi, tapi mereka berbeda sikap politik, terutama ketika menghadapi usaha Letnan Gubernur Jenderal H.J. Van Mook membentuk Negara Kalimantan. Keturunan Moeis Hassan juga tidak ada yang berkiprah di bidang politik.
Perlu ditegaskan, bahwa penulis bukanlah kerabat atau memiliki hubungan keluarga langsung maupun tidak langsung dengan almarhum Moeis Hassan. Penulis tidak mempunyai misi menulis biografi tokoh lokal yang tendensius, penuh sanjungan dan puja-puji fiktif, serta kultus individu. Akan tetapi, mengungkap fakta peranan tokoh yang riil berjuang untuk Benua Etam dan NKRI merupakan hal yang sudah semestinya dilakukan. Dengan dasar buku ini ditulis bukan atas pesanan, diharapkan khalayak dapat mengetahui sejarah secara objektif serta tanpa rekayasa dan manipulasi.

Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan dan bertujuan berbagi pengetahuan dan wawasan seputar sejarah lokal di Samarinda dan Kalimantan Timur, memperkokoh rasa kebangsaan (nasionalisme) dalam ikatan NKRI, serta membudayakan literasi dalam masyarakat.

Pembicara
1.   Muhammad Sarip
Profil               :  Penulis Sejarah Lokal & Pengurus Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB)
Sub-bahasan  :  Historiografi Kepahlawanan Tokoh Lokal di Kalimantan Timur: Antara Mitos dan Fakta
2.   Mohammad Asli Amin
Profil               :  Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Kalimantan Timur dan sesepuh Kaltim (77 tahun)
Sub-bahasan  :  Sejarah Perjuangan Kaum Republiken di Kalimantan Timur
3.   Slamet Diyono
Profil               :  Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Mulawarman dan Kepala Bidang Sejarah Dinas Kebudayaan Kota Samarinda
Sub-bahasan  :  Urgensi, Prosedur, dan Peluang Kaltim Memiliki Pahlawan Nasional
4.   Suparmin
Profil               :  Kepala Bidang Aplikasi dan Layanan E-Government Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Samarinda
Sub-bahasan  :  Spirit Perjuangan Tokoh Lokal guna Memperkaya Kearifan Lokal dan Memperkokoh Nasionalisme

Moderator
Nabila Nandini
Profil: Jurnalis/Reporter KALTIM TV (Inews Kaltim)

Waktu & Tempat
Hari/tanggal  :    Sabtu, 2 Juni 2018
Waktu           :    Pukul 09.00–11.30 Wita
Tempat         :    Ruang Pustaka Utama Lantai 1 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kalimantan Timur, Jl. Ir. H. Juanda No. 4, Samarinda

Penyelenggara
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.

Media Partner
1.    KALTIM TV
2.    RCTI KALTIM

Harga Tiket Masuk
Guru, dosen & umum: Rp50.000
Pelajar & mahasiswa: Rp25.000

Fasilitas Peserta
1.    Buku cetak Moeis Hassan dalam Sejarah Perjuangan dan Revolusi di Kalimantan Timur
2.    Sertifikat

Registrasi Peserta
1.    Pendaftaran peserta paling lambat pada 1 Juni 2018 pukul 17.00 Wita.
2.    Cara mendaftar dengan melakukan transfer bank dan mengirimkan tanda bukti transfer ke WA 0852-5047-2020 atau email: ezagren@gmail.com disertai data diri yakni nama lengkap sesuai KTP, pekerjaan, alamat, dan nomor HP/WA.
Rekening Bank Mandiri nomor 148-00-1105701-8 a.n. ARIEF RAHMAN
Rekening Bankaltimtara nomor 0012567103 a.n. ARIEF RAHMAN
3.    Registrasi ulang peserta pada hari H cukup dengan menunjukkan kartu identitas yang berlaku (KTP, SIM, atau NPWP)
4.    Pembayaran juga bisa dilakukan sebelum acara dimulai tanggal 2 Juni 2018 pukul 08.00–08.45 Wita.
5.    Pertanyaan mengenai teknis registrasi dll bisa melalui WA 0852-5047-2020.
Penulis: Arief Rahman

Artikel Lainnya:
Seminar dan Bedah Buku Moeis Hassan Pejuang Kaltim
Moeis Hassan Calon Pahlawan Nasional dari Kaltim
Tragedi 1950 di Lapangan Kinibalu
Sejarah Peringatan Hari Pahlawan Perdana di Samarinda

Peluncuran dan Diskusi Buku Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara
Pua Ado, Kepala Polisi Banjar, dan Pangeran Bendahara di Samarinda Tempo Dulu
Ini Sebabnya Kita Pakai Nama Kalimantan, Bukan Borneo
Menyingkap Fakta Makam Tua di Samarinda

Lihat semua artikel klik SejarahKaltim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Pecinan Samarinda