Abdoel Moeis Hassan dan Awang
Faroek Ishak sama-sama pernah menjadi Gubernur Kalimantan Timur. Tetapi, mereka
berbeda periode. Moeis Hassan menjabat pada masa Demokrasi Terpimpin yakni 1962–1966.
Adapun Awang Faroek menjabat 42 tahun setelah Moeis berhenti sebagai gubernur,
yakni pada 2008–2018.
Moeis Hassan adalah sepuh Kaltim kelahiran 1924 yang dihormati Awang Faroek. Pada tahun 1992 Awang Faroek bergabung dalam tujuh
belas orang pendiri Yayasan Bina Ruhui Rahayu. Yayasan sosial ini digagas oleh
Moeis Hassan di Jakarta yang bertujuan meningkatkan, memupuk, membina, dan
mengembangkan rasa dan setia kawan dan persaudaraan sesama warga yang berasal
dari Kaltim (H.A. Moeis Hassan, Kalimantan
Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana, 2003: 399–400).
Sebelas tahun kemudian,
Awang Faroek mengikuti pemilihan gubernur Kaltim. Saat itu, pilgub belum secara
langsung melainkan melalui perwakilan anggota legislatif di DPRD Provinsi. Sebagai
calon gubernur, Awang bersaing dengan petahana Suwarna A.F. yang merupakan
lawan berat karena didukung parpol mayoritas.
Suwarna memang unggul dalam
pemilihan di Gedung Karang Paci, 2 Juni 2003. Namun, sebagian unsur masyarakat
menyatakan kekecewaannya karena pilihan DPRD dianggap mengabaikan putra daerah.
Demonstrasi pelbagai ormas menentang Suwarna marak di Samarinda.
Fenomena di ibu kota Kaltim
menarik perhatian Moeis Hassan. Sebagai solidaritas putra daerah, Moeis Hassan menemui
Wakil Presiden RI Hamzah Haz di Jakarta. Moeis datang bersama para pengurus organisasi
Kerukunan Masyarakat Kaltim (KM Kaltim). Dalam organisasi ini, Moeis menjabat
penasihat.
Dalam pertemuan dengan
Wapres, pengurus KM Kaltim menyampaikan kekecewaan karena pada masa Reformasi
Kaltim belum dipimpin oleh orang Kaltim sendiri. Tercetus pula ide soal
perlunya pemilihan kepala daerah secara langsung guna agar pilihan pemimpin
daerah benar-benar sesuai kehendak rakyat (Sarbinnor Karim, 60 Tahun Kiprah & Pengabdian Awang
Faroek Ishak Mentradisikan Karya Terbaik, 2008: 301–302).
Tahun 2005 Moeis Hassan
wafat. Dua tahun berselang, Awang Faroek dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan
Pembina Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia (GMP-AM) Komite Provinsi Kaltim
menganugerahkan penghargaan Bintang Keteladanan Akhlak Mulia Tahun 2007 kepada
Moeis Hassan. Seremoni diterima oleh putra ketiga Moeis, yakni Taufik
Siradjudin, pada 8 September 2007 di Hotel Bumi Senyiur.
Riwayat ini menunjukkan,
Awang Faroek yang usianya terpaut 24 tahun dari Moeis Hassan termasuk tokoh Bumi Etam yang mengapresiasi integritas dan moral Moeis
Hassan. Moeis Hassan lebih dari seorang gubernur. Moeis Hassan adalah pemimpin
kaum pejuang pembela Republik Indonesia (Republiken) pada masa Revolusi
Kemerdekaan. Moeis Hassan pula yang menggagas pendirian Provinsi Kaltim.
Penulis:
Muhammad Sarip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar