Tanggal
5 Oktober selalu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Tentara Nasional
Indonesia. TNI bermula dari kelahiran Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) pada 5 Oktober 1945 yang sebelumnya bernama Badan Keamanan
Rakyat (BKR). Nama TNI digunakan sejak 3 Juni 1947, setelah sempat bernama Tentara
Keselamatan Rakyat dan Tentara Republik Indonesia.
Situasi
Republik yang masih berperang dengan Belanda menyebabkan nihilnya kesempatan
bagi pemerintah untuk memikirkan seremonial peringatan hari jadi angkatan
militer. Bahkan, di Kalimantan Timur TNI baru terbentuk pada akhir 1949.
Artinya, selama lebih dari empat tahun sejak Proklamasi 1945, Kaltim tidak
mempunyai barisan militer resmi dari pihak RI.
Militer
yang ada di Samarinda pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945–1949 adalah tentara
Kerajaan Hindia Belanda, yang populer disebut KNIL. KNIL singkatan dari Koninklijk Nederlands Indisch Leger. Serdadunya
sebagian besar dari penduduk Nusantara yang menerima gaji dari Belanda. Ironis
karena KNIL pribumi menjadi lawan dari laskar pejuang rakyat pro-kemerdekaan.
Pemerintah
RI yang semula membentuk Provinsi Kalimantan tidak kuasa membentuk TNI di
Kaltim. Belanda datang Ke Kaltim membonceng sekutu yang melucuti tentara
Jepang. Belanda berhasil mendirikan pemerintahan sipil Hindia Belanda (NICA) di
Kaltim dengan sokongan penguasa tradisional setempat. Tidak ada tempat untuk tentara
Republik di Kaltim.
Meskipun
begitu, masih ada kalangan masyarakat Kaltim terkhusus Samarinda yang konsisten
mendukung perjuangan RI. Mereka bergerak dalam dua jalur perjuangan yakni
gerakan bersenjata dan gerakan diplomasi politik. Gerakan bersenjata terdiri
dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dan laskar gerilyawan
lainnya. Adapun gerakan diplomasi politik dilakukan oleh Ikatan Nasional
Indonesia (INI) Kaltim dan Front Nasional.
INI
adalah partai politik lokal di Kaltim yang didirikan oleh masyarakat pro-RI di
Balikpapan pada 5 Juni 1946. INI membentuk cabang di daerah-daerah dalam
Kaltim. Di Samarinda, Abdoel Moeis Hassan mendirikan INI Cabang Samarinda. Pada
1947 INI berkoalisi dengan 22 organisasi lainnya, membentuk Front Nasional yang
tujuannya sama, yakni mendukung Proklamasi RI 1945 dan menentang pemerintahan
Belanda.
Hal
unik terjadi di Samarinda pada tahun keempat berdirinya TNI. Ketiadaan TNI di
ibu kota Kaltim tidak menyurutkan semangat kaum Republiken untuk memperingati
hari jadi militer RI. Pada 5 Oktober 1949 pertama kalinya Front Nasional
memperingati ulang tahun tentara.
Kala
itu, tajuk peringatan adalah Hari Angkatan Perang RI. Lokasi peringatan
dipusatkan di Gedung Nasional di Stamboel Straat (kini Jalan Panglima Batur)
Samarinda, sebagai markas perjuangan INI dan Front Nasional. Sebagaimana
lazimnya kegiatan Front Nasional yang melibatkan massa, perayaan Hari Angkatan
Perang diisi dengan orasi oleh Abdoel Moeis Hassan selaku ketua Front Nasional.
Moeis bersama kaum Republiken menyuarakan perjuangan masyarakat Kaltim yang
mendukung kemerdekaan RI. Hari itu, bendera dwiwarna tampak berkibar di seluruh
Kota Samarinda.
Penulis: Muhammad Sarip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar