Sebanyak 27 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia menyimak presentasi tentang “Relevansi Historis Kalimantan Timur dan Ibu Kota Nusantara” di sebuah rumah makan di Jalan Juanda, Samarinda, pada Jumat malam bertepatan Hari Pahlawan 10 November 2023. Forum diskusi Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang difasilitasi oleh Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) tersebut menghadirkan sejarawan publik Muhammad Sarip.
Dosen UMKT Arbansyah turut mendampingi kegiatan menjadi program rutin Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) ini. Mahasiswa dari daerah paling barat Indonesia berkampus di Aceh. Sedangkan paling timur berasal dari Ternate. Ada yang dari Sumatera Utara, Riau, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, dan lain-lain.
Menghadapi audiens dari gen Z, Sarip menerapkan cara diskusi yang fleksibel dan interaktif. Mayoritas mahasiswa menyatakan setuju pemindahan ibu kota negara ke Kaltim. Namun, terhadap yang kontra, semua pendapat dihargai.
Menurut sejarawan penulis buku Histori Kutai tersebut, Jakarta menjadi ibu kota karena melanjutkan status pusat kekuasaan sejak empat abad sebelum Indonesia merdeka.
“Perusahaan dagang VOC yang memulai menjadikan Batavia eks Jayakarta sebagai pusat birokrasi di Kepulauan Nusantara. Begitu pula Pemerintah Hindia Belanda. Tapi VOC dan Hindia Belanda juga pernah berencana memindahkan ibu kotanya ke Jawa bagian tengah dan Surabaya. Waktu itu alasannya adalah kekumuhan Batavia dan pertimbangan pertahanan militer. Walaupun kemudian, ide pemindahan tersebut batal karena ongkosnya kemahalan,” tutur Sarip.
Ada banyak pertanyaan
yang dilontarkan mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Abhipraya PMM 2023
ini. Sarip menjawab semuanya sesuai misi mahasiswa yang ingin mengenal lebih
dalam tentang Kaltim. (AR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar