Samarinda, SejarahKaltim.com
Buku berjudul Tambangan: Riwayat Perahu Khas Samarinda diluncurkan di Rumah Adat Bakuda (Banjar, Kutai, Dayak), Jalan Kadrie Oening Samarinda pada Rabu (13/12/2023). Sejarawan Muhammad Sarip, pustakawan Inui Nurhikmah, dan sastrawan Syafruddin Pernyata tampil sebagai narasumber yang membedah buku terbitan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda tersebut.
Dalam acara yang dipandu oleh Nur Suci Sirana, produser pelaksana TVRI Kaltim, dipaparkan bahwa buku ini merupakan kompilasi tulisan dari para guru SD dan SMP di lingkungan Kota Samarinda.
Nama penulisnya yaitu Mamat Ahmad Shauransyah, Novi Dwi Astuti, Hesti Samsulistia Sari, Farida Musafaatin Hidayat Sapari, Sundari, Dwi Nasta Setyowati, Wasis Sirutama, Tresia Eka Wahyuni, Mochammad Noor, Linda Haryati, Widia Wahyuni, Juliati, dan Nurlaily.“Proses penerbitan buku ini bermula dari workshop (lokakarya) penulisan sejarah lokal yang dilaksanakan di Rumah Adat Bakuda pada 29 Agustus 2023,” tutur Sarip.
Setelah mengikuti workshop, peserta diminta menulis feature atau nonfiksi bertema sejarah perahu tambangan di Samarinda. Genre atau jenis tulisan feature dipilih mengingat para peserta merupakan pemula yang belum memiliki portofolio dalam bidang historiografi.
Supaya peserta antusias, kegiatan menulis dikemas dalam bentuk perlombaan berhadiah. Penilaian naskah peserta dilakukan oleh tim juri yang terdiri dari Muhammad Sarip, Inui Nurhikmah, dan intern Disdikbud Samarinda.
Dalam sesi diskusi terungkap bahwa buku setebal 200 halaman ini dicetak sangat terbatas. Banyak peserta yang tidak mendapatkan buku. Karena itu, Syafruddin Pernyata meminta dengan tegas agar Disdikbud bisa mencetak buku ini secara massal dan mendistribusikannya ke semua sekolah. Pria yang juga dikenal sebagai budayawan itu juga berharap agar Disdikbud dapat memfasilitasi pengadaan buku-buku sejarah lokal di sekolah.
“Sampaikan pesan saya kepada Pak Asli Nuryadin. Saya juga pernah menjadi
Kepala Disdikbud Provinsi. Buku-buku bertema sejarah lokal itu harus tersedia
di sekolah. Masa’ dinas
tidak punya anggaran untuk pengenalan sejarah kepada pelajar?” pungkas pria
yang juga dikenal sebagai budayawan. (AR)
(Berita dikutip dari TribunKaltim.co)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar