Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (Kanwil DJPb) Kalimantan Timur mengadakan Dialog Sejarah bertema “Lahirnya Kerajaan Tertua di Indonesia”. Kegiatan di aula instansi vertikal Kementerian Keuangan RI ini pada Rabu (20/12/2023) menghadirkan sejarawan Muhammad Sarip sebagai narasumber.
Dialog Sejarah ini merupakan bagian dari program revitalisasi pembinaan mental untuk seluruh ASN Kanwil DJPb Kaltim dan pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) di lingkup Kanwil DJPb Kaltim. Terdapat tiga KPPN yang pegawainya menjadi peserta acara ini, yaitu KPPN Samarinda, KPPN Balikpapan, dan KPPN Tanjung Redeb.
“Kegiatan ini bertujuan meningkatkan wawasan dan minat pegawai terhadap sejarah nasional dan daerah khususnya Kalimantan Timur sebagai tempat pegawai mengabdi,” ungkap Mustriyono, Ketua Bintalnas Kanwil DJPb Kaltim dalam naskah TOR kegiatan.
Kepala Kanwil DJPb Kaltim Syaibani dalam sambutannya mengapresiasi pelaksanaan dialog sejarah.
“Semestinya acara dialog sejarah seperti ini bisa dilaksanakan tanpa menunggu terbitnya Nota Dinas. Pembinaan mental pegawai itu selain dengan kegiatan religius, bisa pula dengan kegiatan diskusi sejarah untuk meningkatkan nasionalisme,” ujar Syaibani dalam sambutannya.
Sarip dalam presentasinya menjelaskan, fakta Kerajaan dinasti Mulawarman sebagai kerajaan pertama dan tertua di Nusantara telah tervalidasi sumbernya.
“Tujuh prasasti yupa ditemukan di Muara Kaman, pedalaman Kutai pada tahun 1879 dan 1940. Konsensus ilmuwan menetapkan bahwa batu bertulis aksara Pallawa berbahasa Sanskerta tersebut dibuat pada kisaran tahun 400 hingga 450 Masehi,” tutur sejarawan kelahiran Samarinda tersebut.
Sarip menegaskan, tidak ada kerajaan lain di Nusantara yang eksis lebih dulu ketimbang kerajaan yang didirikan Aswawarman putra Kundungga di Muara Kaman.
“Salakanagara di Jawa Barat yang diklaim sebagai kerajaan tertua di Nusantara itu sumbernya naskah palsu. Sementara Nan Sarunai di Amuntai tidak lebih tua ketimbang dinasti Mulawarman,” ujar penulis buku “Histori Kutai” tersebut.
Para peserta antusias menyimak presentasi. Kepala Kanwil DJPb Kaltim yang baru bertugas di Samarinda sejak Februari 2023 tetap di posisi audiens sambil menyimak.
“Sebelumnya saya agak bingung kenapa ada Kutai Hindu dan ada Kutai Islam. Tapi dari penjelasan Mas Sarip, saya baru paham ternyata ada sejarah yang paralel antara Kerajaan Martapura dengan Kerajaan Kutai Kertanegara,” ujar Syaibani.
Dalam acara ini, Sarip
memberikan buku Histori Kutai kepada peserta yang antusias bertanya. Syaibani
yang bertanya juga turut mendapat buku yang ketika launching 23 November 2023
dibedah oleh anak muda Samarinda bernama Nanda Puspita Sheilla.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar