Tepat di Hari Ulang Tahun ke-67 Provinsi Kalimantan Timur 9 Januari 2024, dua pegiat literasi sejarah Kalimantan Timur asal Samarinda, Muhammad Sarip dan Nanda Puspita Sheilla, tampil dalam talkshow bertajuk “Proses Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional” di Lapangan Parkir Kadrie Oening Sempaja, Samarinda. Acara yang difasilitasi oleh Dinas Sosial Kaltim ini merupakan rangkaian Pesta Rakyat Kaltim 2024.
Dalam yang dipandu oleh staf Dinsos Rully Erfian tersebut, Sarip mengemukakan, hingga saat ini Provinsi Kaltim baru memiliki satu tokoh bergelar Pahlawan Nasional, yaitu Sultan Aji Muhammad Idris. Pemprov Kaltim perlu kontinu melanjutkan proses usulan Calon Pahlawan Nasional supaya narasi sejarah Kaltim makin dikenal publik secara meluas.
“Dengan begitu, ada impact pemahaman secara nasional bahwa Kaltim ini bukan sekadar follower NKRI, tapi merupakan satu dari subjek utama juga dalam menegakkan kemerdekaan Indonesia,” ujar Sarip.
Dikatakan sejarawan publik tersebut, dalam empat dekade terakhir Kaltim pernah mengajukan lebih tujuh nama sebagai kandidat Pahlawan Nasional.
“Sejak Orde Baru, tepatnya tahun 1982 hingga tahun 2022, ada tujuh nama yang pernah diusulkan kepada pemerintah pusat. Ada Sultan Kutai Aji Muhammad Salehuddin, Pangeran Panji Nata Kesuma dari Paser, Sultan Sambaliung Raja Alam, Awang Long dari Kutai, Sultan Paser Ibrahim Khaliluddin, Sultan Kutai Aji Muhammad Idris, dan pejuang Republiken Abdoel Moeis Hassan,” ungkap Sarip.
Belum dipenuhinya usulan Pahlawan Nasional itu antara lain disebabkan kurangnya dokumen sejarah tentang perjuangan tokoh.
Pada 2024 Dinas Sosial Kaltim melakukan verifikasi kembali atas usulan nama yang pernah ada. Berdasarkan penelitian kelengkapan dokumen, tokoh yang paling lengkap berkasnya adalah Abdoel Moeis Hassan.
Nanda, anak muda Samarinda, mempresentasikan sejarah perjuangan Abdoel Moeis Hassan. Dari referensi yang ia baca, Moeis Hassan adalah tokoh Samarinda yang memimpin perjuangan politik rakyat Kaltim melawan Belanda.
“Moeis
Hassan adalah pelopor integrasi Kaltim ke dalam NKRI pada tahun 1950, keluar
dari Negara RIS warisan Belanda. Sewaktu remaja, Moeis Hassan mendirikan sekaligus mejadi Ketua Rukun Pemuda Indonesia (Roepindo)
di Samarinda,” tutur Nanda.
Alumnus Universitas Trisakti Jakarta yang gemar membaca buku itu menambahkan, jasa penting Moeis Hassan yang lain adalah berdirinya Provinsi Kaltim pada tahun 1957.
“Pada
tahun 1954 Moeis Hassan mengadakan Kongres
Rakyat Kaltim untuk menuntut pembentukan Provinsi Kalimantan Timur.
Beliau juga yang menyelamatkan keraton Kutai dari aksi pembakaran oleh massa
yang anti-feodalisme,” ujar Nanda.
”Ketika menjadi Gubernur Kaltim periode 1962–1966 Moeis Hassan menyelamatkan keluarga Kesultanan Kutai dan keratonnya di Tenggarong dari upaya pembunuhan massal dan pembakaran. Hal ini juga diakui oleh tiga sesepuh Kutai,” pungkas Sarip.
Talkshow
yang dimulai pukul 3 sore ini juga menghadirkan narasumber dari Kepala Bidang
Pemberdayaan Sosial Dinsos Kaltim, H. Ardiansyah. Peserta didominasi para siswa
SMA Negeri 10 dan sejumlah ASN serta masyarakat umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar