Kamis, 25 April 2024

Workshop Pengantar Sejarah Lokal Kaltim Digelar di Perpustakaan Samarinda


Samarinda, SejarahKaltim.com

Puluhan mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Mulawarman mengikuti Workhsop Historia di Ruang Deposit Perpustakaan Kota Samarinda, Jl. Kesuma Bangsa pada Kamis (25/4/2024). Sejarawan Muhammad  Sarip dan pegiat literasi Syifa Hajati berduet mengisi kegiatan bertema “Pengantar Sejarah Lokal Kaltim” tersebut.

Sarip yang menulis buku Histori Kutai menjadi narasumber. Sementara Syifa yang merupakan Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda periode 2023–2004 berperan sebagai moderator. Workshop Historia ini merupakan kolaborasi Himpunan Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Mulawarman dan platform Historia Kaltim.

Diskusi berlangsung secara interaktif dan dikemas secara casual. Materinya serius, tapi presentasinya santai. Syifa memulainya dengan berbagi info sejarah seputar relasi antara Kutai dan Banjar sejak zaman kerajaan. Mahasiswa Fakultas Syariah UINSI ini menyampaikan hasil pembacaannya dari buku Histori Kutai. Kemudian Syifa mengajukan dua pertanyaan kepada Sarip.

“Pertama, siapa yang berhak menulis sejarah lokal? Kedua, mengapa sejarah lokal itu penting?” tanya Syifa.

Menjawab pertanyaan pertama, Sarip mengutip pernyataan para sejarawan seperti Kuntowijoyo yang mensyaratkan kedekatan emosional dalam pemilihan topik sejarah. Sejarawan lain, Prof. Sugeng Priyadi menyatakan, kedekatan emosional bisa dalam bentuk dekat dengan lokal atau objek yang diteliti, bahkan sejarawan lokal itu menjadi bagian dari lokalitas tersebut.

“Dengan demikian, insider atau orang setempat relatif lebih punya legitimasi dalam menulis sejarah lokalitasnya sendiri. Apalagi penulis dari masyarakat setempat paham konteks budaya dan tradisi yang berlaku di intern komunitasnya,” ujar Sarip.

Pada pertanyaan kedua, Sarip menjawab urgensi penulisan sejarah lokal.

“Masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang sejarah lokal Kalimantan Timur bisa dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik dan ekonomi mereka. Terlebih lagi ketika pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur telah diumumkan sejak 2019. Dampaknya, segelintir orang bisa meraih keuntungan, sementara publik dirugikan,” ungkap Sarip.

Muhammad Sarip & Syifa Hajati di Workshop Historia 25 April 2024

Sarip yang menulis buku “Histori Kutai” mengungkapkan, penyebaran info sejarah terutama kerajaan-kerajaan tradisional di Kaltim belum optimal.

“Dalam buku pelajaran sekolah, sejarah lokal Kaltim sangat terbatas pada info umum temuan prasasati yupa dan predikat kerajaan Hindu pertama di Nusantara. Sejarah Kaltim pada abad-abad berikutnya hingga zaman Republik Indonesia tidak ada. Tahu-tahu sekarang sudah hampir diresmikan Ibu Kota Nusantara pengganti Jakarta,” papar Sarip.

Sejarawan yang pernah mempresentasikan sejarah Kutai di Sekretariat Negara tersebut melanjutkan, kekosongan sejarah ini telah dipergunakan pihak tertentu untuk mengklaim dirinya sebagai raja dan sultan baru pewaris kerajaan masa lalu.

“Ada benefit politik dan ekonomi dari deklarasi individu sebagai pemegang takhta masa kini berbasis monarki masa lalu. Selain legitimasi politik pribadi, oknum bisa mendapat kemudahan akses ekonomis,” ungkap sarip.

Dalam sesi tanya jawab, Ketua HMPS Unmul M Rifki Al-Bisri dan para pengurus lain menanyakan banyak hal terkait prosedur dan teknis penulisan sejarah lokal. Acara yang semula dijadwalkan berdurasi 1,5 jam ditambah menjadi 2 guna memberikan kesempatan kepada semua peserta yang ingin bertanya.

Pertanyaan audiens seputar prosedur pengusulan gelar Pahlawan Nasional, tips menulis sejarah, cara mencari referensi atau sumber sejarah lokal. Ada juga yang bertanya tentang bagaimana menyikapi cerita sejarah pada masyarakat yang sumbernya hanya terbatas pada tutur lisan

Di akhir acara, kepada pewarta media Sarip yang juga Pembina Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kota Samarinda menyampaikan apresiasi untuk Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda yang telah menyediakan fasilitas ruang pertemuan untuk acara ini.

“Kegiatan literasi termasuk di dalamnya pemasyarakatan minat baca bisa lebih meningkat dengan adanya fasilitas ruang pertemuan yang gratis untuk publik. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Samarinda perlu diapresiasi karena sejak adanya fasilitas publik tersebut, forum-forum sejarah lokal kian semarak,” pungkas Sarip.  (AR)

Muhammad Sarip, Syifa Hajati & para pengurus HMPS Unmul di Workshop Historia 25 April 2024



Berita & Info lainnya:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Revitalisasi Pecinan Samarinda